ARSITEKTUR & LINGKUNGAN
NADIA LISTIARINI
26313279
2TB06
KAWASAN ATAU BANGUNAN BINAAN EKOLOGIS
Kerusakan lingkungan menjadi masalah yang kian memprihatinkan. Arsitektur menjadi salah satu bidang ilmu yang dijustifikasi ikut memberi andil bagi kerusakan lingkungan. Konsep sustainable architecture menjadi salah satu upaya untuk memperbaiki kerusakan lingkungan.
Sustainable architecture ditandai dengan upaya menggali kembali nilai-nilai kearifan lokal. Arsitektur Nusantara di masa lalu menunjukkan kesetimbangan-keselarasannya dengan lingkungan alam. Arsitektur yang demikian dapat hidup bersama-sama, bahkan bersinergi dengan lingkungannya.
Konsep ekologis merupakan konsep penataan lingkungan dengan memanfaatkan potensi atau sumberdaya alam dan penggunaan teknologi berdasarkan manajemen etis yang ramah lingkungan. Pola perencanaan dan perancangan Arsitektur Ekologis (Eko-Arsitektur) adalah sebagai berikut:
1. Elemen-elemen arsitektur mampu seoptimal mungkin memberikan perlindungan terhadap sinar panas, angin dan hujan.
2. Intensitas energi yang terkandung dalam material yang digunakan saat pembangunan harus seminimal mungkin, dengan cara-cara:
a. Perhatian pada iklim setempat
b. Substitusi, minimalisasi dan optimasi sumber energi yang tidak dapat diperbaharui
c. Penggunaan bahan bangunan yang dapat dibudidayakan dan menghemat energi
d. Pembentukan siklus yang utuh antara penyediaan dan pembuangan bahan bangunan, energi, atau limbah dihindari sejauh mungkin
e. Penggunaan teknologi tepat guna yang manusiawi
Pada cakupan yang lebih luas, Cowan dan Ryn (1996) mengemukakan prinsip-prinsip desain yang ekologis sebagai berikut:
1. Solution Grows from Place: solusi atas seluruh permasalahan desain harus berasal dari lingkungan di mana arsitektur itu akan dibangun. Prinsipnya adalah memanfaatkan potensi dan sumber daya lingkungan untuk mengatasi setiap persoalan desain. Pemahaman atas masyarakat lokal, terutama aspek sosial-budayanya juga memberikan andil dalam pengambilan keputusan desain. Prinsip ini menekankan pentingnya pemahaman terhadap alam dan masyarakat lokal. Dengan memahami hal tersebut maka kita dapat mendesain lingkungan binaan tanpa menimbulkan kerusakan alam maupun ‘kerusakan’ manusia.
2. Ecological Acounting Informs Design: perhitungan-perhitungan ekologis merupakan upaya untuk memperkecil dampak negatif terhadap lingkungan. Keputusan desain yang diambil harus sekecil mungkin memberikan dampak negatuf terhadap lingkungan.
3. Design with Nature: arsitektur merupakan bagian dari alam. Untuk itu setiap desain arsitektur harus mampu menjaga kelangsungan hidup setiap unsur ekosistem yang ada di dalamnya sehingga tidak merusak lingkungan. Prinsip ini menekankan pada pemhaman mengenai living process di lingkungan yang hendak diubah atau dibangun.
4. Everyone is a Designer: melibatkan setiap pihak yang terlibat dalam proses desain. Tidak ada yang bertindak sebagai user atau participant saja atau designer/ arsitek saja. Setiap orang adalah participant-designer. Setiap pengetahuan yang dimiliki oleh siapapun dan sekecil apapun harus dihargai. Jika semua orang bekerjasama untuk memperbaiki lingkungannya, maka sebenarnya mereka memperbaiki diri mereka sendiri.
5. Make Nature Visible: proses-proses alamiah merupakan proses yang siklis. Arsitektur sebaiknya juga mampu untuk melakukan proses tersebut sehingga limbah yang dihasilkan dapat ditekan seminimal mungkin.
Pendekatan ekologi pada perancangan
arsitektur.
Ada berbagai cara yang dilakukan
dari pendekatan ekologi pada perancangan arsitektur, tetapi pada umumnya
mempunyai inti yang sama , antara lain : Yeang (2006), me-definisikannya
sebagai: Ecological design, is bioclimatic design, design with the
climate of the locality, and low energy design. Yeang, menekankan pada :
integrasi kondisi ekologi setempat, iklim makro dan mikro, kondisi tapak,
program bangunan, konsep design dan sistem yang tanggap pada iklim, penggunaan
energi yang rendah, diawali dengan upaya perancangan secara pasif dengan
mempertimbangkan bentuk, konfigurasi, façade, orientasi bangunan, vegetasi,
ventilasi alami, warna. Integrasi tersebut dapat tercapai dengan mulus dan
ramah, melalui 3 tingkatan; yaitu yang pertama integrasi fisik dengan
karakter fisik ekologi setempat, meliputi keadaan tanah, topografi, air tanah,
vegetasi, iklim dan sebagainya. Kedua, integrasi sistim-sistim
dengan proses alam, meliputi: cara penggunaan air, pengolahan dan pembuangan
limbah cair, sistim pembuangan dari bangunan dan pelepasan panas dari bangunan
dan sebagainya. Yang ketiga adalah, integrasi penggunaan sumber daya yang
mencakup penggunaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Aplikasi dari ketiga
integrasi tersebut, dilakukannya pada perancangan tempat tinggalnya,
seperti pada gambar :
Mendekati masalah perancangan
arsitektur dengan konsep ekologi, berarti ditujukan pada
pengelolaan tanah, air dan udara untuk keberlangsungan ekosistim. Efisiensi
penggunaan sumber daya alam tak terperbarui (energi) dengan mengupayakan
energi alternatif (solar, angin, air, bio). Menggunakan sumber daya alam
terperbarui dengan konsep siklus tertutup, daur ulang dan hemat energi mulai
pengambilan dari alam sampai
pada penggunaan kembali, penyesuaian
terhadap lingkungan sekitar, iklim, sosial-budaya, dan ekonomi. Keselarasan
dengan perilaku alam, dapat dicapai dengan konsep perancangan arsitektur yang
kontekstual, yaitu pengolahan perancangan tapak dan bangunan yang sesuai
potensi setempat. termasuk topografi, vegetasi dan kondisi alam lainnya.
Material yang dipilih harus
dipertimbangkan hemat energi mulai dari pemanfaatan sebagai sumber daya alam
sampai pada penggunaan di bangunan dan memungkinkan daur ulang (berkelanjutan)
dan limbah yang dapat sesuai dengan siklus di alam. Konservasi sumberdaya alam
dan keberlangsungan siklus-siklus ekosistim di alam, pemilihan dan pemanfaatan
bahan bangunan dengan menekankan pada daur ulang, kesehatan penghuni dan dampak
pada alam sekitarnya, energi yang efisien, dan mempertahankan potensi
setempat. Keselarasan rancangan arsitektur dengan alam juga harus dapat menjaga
kelestarian alam, baik vegetasi setempat maupun mahluk hidup lainnya, dengan
memperluas area hijau yang diharapkan dapat meningkatkan penyerapan CO2 yang
dihasilkan kegiatan manusia, dan melestarikan habitat mahluk hidup lain.
Ukuran kenyamanan penghuni secara
fisik, sosial dan ekonomi, dicapai melalui penggunaan sistim-sistim dalam
bangunan yang alamiah, ditekankan pada sistim-sistim pasif, pengendalian
iklim dan keselarasan dengan lingkungannya. Bentuk dan orientasi bangunan
didasarkan pada selaras dengan alam sekitarnya, kebutuhan penghuni dan
iklim, tidak mengarah pada bentuk bangunan atau style tertentu,
tetapi mencapai keselarasan dengan alam dan kenyamanan penghuni dipecahkan
secara teknis dan ilmiah. Untuk mendapatkan hasil rancangan yang mampu
selaras dan sesuai dengan perilaku alam, maka semua keputusan dari konsep
perancangan harus melalui analisis secara teknis dan ilmiah Pemikiran dan
pertimbangan yang dilakukan memerlukan pemikiran yang interdisiplin dan
holistic karena sangat kompleks dan mencakup berbagai macam
keilmuan.
Dari berbagai pendapat pada
perancangan arsitektur dengan pendekatan ekologi, pada intinya adalah, mendekati
masalah perancangan arsitektur dengan menekankan pada keselarasan
bangunan dengan perilaku alam, mulai dari tahap pendirian sampai usia bangunan
habis. Bangunan sebagai pelindung manusia yang ketiga harus nyaman bagi
penghuni, selaras dengan perilaku alam, efisien dalam memanfatkan sumber daya
alam, ramah terhadap alam. Sehingga perencanaannya perlu memprediksi
kemungkinan-kemungkinan ketidak selarasan dengan alam yang akan timbul dimasa
bangunan didirikan, beroperasi sampai tidak digunakan, terutama dari penggunaan
energi, pembuangan limbah dari sistim-sistim yang digunakan dalam bangunan.
Semua keputusan yang diambil harus melalui pertimbangan secara teknis dan
ilmiah yang holistik dan interdisipliner. Tujuan perancangan arsitektur melalui
pendekatan arsitektur adalah upaya ikut menjaga keselarasan bangunan rancangan
manusia dengan alam untuk jangka waktu yang panjang. Keselarasan ini tercapai
melalui kaitan dan kesatuan antara kondisi alam, waktu, ruang dan kegiatan
manusia yang menuntut perkembangan teknologi yang mempertimbangkan nilai-kilai
ekologi, dan merupakan suatu upaya yang berkelanjutan.
Daftar Pustaka
http://iwansbasri.blogspot.com/2011/09/pendekatan-ekologi-pada-rancangan.html
http://ruas.ub.ac.id/index.php/ruas/article/download/109/111
Tidak ada komentar:
Posting Komentar